DokterSehat.Com– Jika kita membicarakan tentang depresi, kita biasanya akan berpikir tentang stres, adanya masalah yang berat, pekerjaan yang membebani pikiran, mengalami teror, atau bahkan akibat terkena pikiran negatif. Tak disangka, depresi ternyata juga bisa disebabkan oleh hal lainya, termasuk gaya hidup atau kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu.
Pakar kesehatan Profesor Irwanto, PhD dari Unika Atma Jaya menyebut pola makan atau diet tertentu ternyata bisa meningkatkan risiko terkena depresi.
“Ada beberapa orang yang harus mengubah pola makannya sehari-hari karena makanan yang mereka konsumsi sehari-hari memang bisa menyebabkan datangnya depresi,” ungkap Prof. Irwanto.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari The British Journal of Psychiatry, disebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan olahan seperti sosis, nugget, atau bahkan makanan cepat saji bisa meningkatkan risiko depresi.
Hal ini disebabkan oleh kandungan zat aditif di dalam makanan olahan dan rendahnya kadar nilai gizi di makanan tersebut. Jika kita terlalu sering mengonsumsinya, maka hal ini akan memengaruhi keseimbangan hormon di dalam tubuh dan akhirnya menyebabkan datangnya depresi.
“Tidak semua makanan bisa menyebabkan depresi, tapi jika kita mengonsumsi makanan dengan kadar zat besi yang tinggi juga bisa meningkatkan risiko depresi,” lanjut Prof. Irwanto.
Selain salah mengonsumsi makanan, terkadang pola diet tertentu juga bisa menyebabkan datangnya depresi. Penelitian telah membuktikan bahwa mereka yang menerapkan diet ketat demi menurunkan berat badan ternyata bisa meningkatkan risiko depresi dan stres. Menurunkan porsi atau frekuensi makan tak hanya membuat perut menjadi lapar, melainkan juga memberikan tekanan pada psikis sehingga bisa menyebabkan gangguan psikologis tersebut.
Selain bisa menyebabkan datangnya gangguan psikologis, kebiasaan mengonsumsi makanan olahan juga bisa menyebabkan efek buruk seperti peningkatan tekanan darah atau kadar kolesterol.
Makanan olahan bisa jadi memiliki kadar sodium atau lemak jahat yang cukup tinggi sehingga bisa menyebabkan dampak tersebut. Masalahnya adalah jika sampai tekanan darah atau kolesterol meningkat, maka risiko untuk terkena penyakit jantung, stroke, dan gangguan kardiovaskular mematikan lainnya akan meningkat.
0 comments:
Post a Comment