“Sony Entertainment adalah konsep lebih besar yang memungkinkan kami tumbuh di ruang yang lebih besar,” demikian jawab Kazuo Hirai dalam sebuah wawancara di markas besar Sony di Tokyo atas pertanyaan apa urgensi Sony membuat Sony Entertainment Network. “Hardware mendorong software, dan software mendorong hardware,” tambah CEO yang akrab dipanggil Kaz ini.
Setelah PlayStation menjadi hit, Sony memandang penting adanya ‘wadah tersendiri’ bagi perusahaannya untuk mendulang keuntungan dari dunia hiburan. Bukan hanya game, target Sony lebih dari itu, musik dan video juga menjadi sasarannya!
Sejarah Sony Entertainment Network
Sony Entertainment Network diperkenalkan pertama kali pada tanggal 31 Agustus 2011. Platform baru bagi pengguna Sony ini diumumkan di acara IFA Tradeshow di Berlin. Anak perusahaan ini digunakan untuk mewadahi platform download video dan musik milik Sony. Namun pada tahun 2011, divisi video dan musik kemudian dipecah menjadi Video Unlimited dan Music Unlimited. Dengan demikian, Sony lebih bebas meningkatkan layanan untuk setiap media. Misalnya untuk Music Unlimited, Sony memperluas layanannya ke Norwegia, Swedia, Finlandia, Denmark, Belanda, dan Belgia.
Seperti apa bentuk layanan Sony ini? Video Unlimited memungkinkan pengguna perangkat Sony dapat membeli atau menyewa video. Pembeli dan penyewa dapat melakukan pembelian secara online melalui Sony Entertainment Network store, melalui PlayStation Store di PlayStation 3 dan PlayStation 4, bahkan juga PlayStation Vita. Layanan yang diberikan ini memungkinkan pengguna mendapatkan cara yang mudah untuk menonton dan menemukan film dan serial televisi baru. Pengguna cukup mendaftar, lalu login dengan akun Sony, kemudian mereka akan dapat membeli atau menyewa video dari server pusat Sony. Terdapat pilihan film baru, film klasik, dan bahkan serial televisi. Baru-baru ini, Sony mengganti nama layanannya menjadi PlayStation Video.
Music Unlimited adalah layanan musik berbasis cloud. Sony memiliki katalog musik berisi 25 juta lagu dan tersedia di 19 negara. Ada dua macam tingkat layanan: Access memungkinkan pengguna mendengarkan musik yang tersedia di Mac, PC, PlayStation 4 atau Playstation 3, dan Premium, yang menambahkan ketersediaan untuk perangkat seluler dan Walkman, serta juga dapat diakses dari TV Bravia dan pemutar Blu-Ray. Layanan Music Unlimited ini memungkinkan pengguna untuk membuat playlist, menemukan lagu-lagu baru, dan lagu yang disarankan sesuai selera musik pengguna. Untuk pengguna konsol PlayStation 4, mereka bahkan dapat mendengarkan musik melalui PlayStation sambil tetap memainkan game. Sony selanjutnya mengubah nama layanan ini menjadi PlayStation Music.
Pada tahun 2012, Sony Entertainment Network dirilis bagi komunitas dan juga dapat diakses dari berbagai perangkat produksi Sony. Bahkan untuk produk televisi, Sony selangkah lebih maju dengan mengintegrasikan layanan Music Unlimited dan Video Unlimited ke menu televisi tersebut. Biasanya produsen smart TV lain akan memanfaatkan browser untuk mengakses layanannya, namun tidak dengan Sony yang ingin agar penggunanya memiliki pengalaman pengguna yang menyenangkan.
Pada tahun 2015, Sony Entertainment Network bersama layanan Music Unlimited dan Video Unlimited mendukung sepenuhnya PlayStation Network, sehingga jika menggunakan perangkat PlayStation, bukan hanya bermain, pengguna juga akan dapat memanfaatkan PlayStation untuk mendengarkan musik atau men-download video.
Sony Pictures
Jauh sebelum menyatukan divisi video, musik, dan game di bawah satu perusahaan, Sony sudah memiliki Sony Pictures Entertainment Inc yang memproduksi, mendistirbusikan, dan mendukung karya-karya film di seluruh dunia. Ini semua berawal dari takeover Sony atas saham Columbia Pictures pada tanggal 31 Oktober 1989. Dengan memiliki 51% saham, Sony memiliki kekuatan untuk memveto keputusan dibandingkan dengan shareholder lainnya.
Sejak itu, Sony membuat berbagai unit produksi dan distribusi film, seperti misalnya Sony Pictures Classic yang bertanggungjawab atas distribusi film-film lama. Selain itu ada beberapa divisi lagi seperti Sony Pictures Animation yang bertanggungjawab atas distribusi film-film animasi yang didukung Sony.
‘Prestasi’ Sony di dunia bisnis film adalah saat pada 8 April 2005, diam-diam Sony mengambil alih saham studio legendaris Hollywood, Metro-Goldwyn-Mayer dalam sebuah pembelian USD 4,8 miliar melalui holding company MGM Holdings Inc. Kamu mungkin mengenal MGM ini dari film Tom & Jerry yang ditonton banyak anak Indonesia sejak belia serta logo khasnya berupa singa mengaum. Trivia: Singa mengaum tersebut disyuting sungguhan dari jarak dekat dan dalam proses syuting sang singa mengamuk membunuh pawangnya sendiri.
Kembali ke MGM, Sony nampaknya menghormati status legenda MGM dengan tidak mengutak-atik nama MGM, bahkan memperluas dan meningkatkan bisnisnya dengan cara memburu aset-aset milik MGM yang sebelumnya sempat lepas.
2012 mungkin tahun penuh kejayaan bagi Sony Pictures karena studio ini berhasil mengumpulkan USD 4 miliar dari film-filmnya yang dirilis di tahun tersebut, yaitu: Skyfall, The Amazing Spider-Man, 21 Jump Street, Men in Black 3, Hotel Transylvania, Underworld: Awakening, The Vow, dan Resident Evil: Retribution. Hayo ngaku, minimal kamu pasti pernah menonton salah satunya!
AFFIRM Films
Sebelum mendirikan Sony Entertainment Network, Sony sudah memiliki layanan penyewaan video sendiri. Melalui anak perusahaannya, Sony Pictures, Sony meluncurkan AFFIRM Films pada tahun 2007 untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan film yang berkualitas. AFFIRM film selain membeli hak cipta film untuk disiarkan, juga ikut terlibat dalam proses pendanaan banyak film (dan tentu saja mendapatkan keuntungan dari distribusinya).
Pada tahun 2006, Sony merilis film yang didanainya, “Facing the Giants”, drama ini mendapatkan kentungan box office lokal AS sebesar USD 10 juta. Pada tahun 2008, AFFIRM Films melanjutkan kerja sama dengan produser Kendrick Brothers untuk film Fireproof yang mendapatkan USD 33 juta dari box office seluruh dunia.
Ini menjadikan studio tersebut makin percaya diri dan kini berhasil terlibat dengan kerja sama banyak film yang sebagian besar dapat kita temukan di box office seluruh dunia, termasuk franchise Spiderman yang hak ciptanya dipegang Sony (namun baru saja dikembalikan kepada Marvel), menghasilkan lebih dari USD 560 juta di seluruh dunia!
2012 nampaknya adalah puncak prestasi Kazuo Hirai. Sony Entertainment mendapatkan keuntungan besar-besaran baik dari investasi film maupun konsol game miliknya. Namun setelah itu, meskipun Sony masih menguasai banyak hak cipta film besar serta juga memimpin di penjualan konsol game, para pemegang saham menilai ada penurunan bertahap setiap tahunnya dalam profit Sony. Per 1 April 2018, Kazuo Hirai digantikan oleh Kenichiro Yoshida. Ini tentunya akan mengubah layout rencana Sony, termasuk Sony Entertainment secara keseluruhan ke depannya. Turunnya Kazuo Hirai ini juga nampaknya menimbulkan penundaan pada rilis PS5 yang sebenarnya direncanakan untuk dirilis pada 2018 ini. Meskipun demikian, sebagai perusahaan yang secara tradisional selalu mengejar posisi nomor satu, kemungkinan Sony akan tetap berupaya berfokus pada bidang-bidang yang selalu menjadi kekuatannya.
Mengenang ke belakang, memang cukup mengejutkan bahwa kejayaan yang diraih hingga sekarang ini semua berawal dari sebuah radio transistor.
Referensi
Sun, Leo. (2018). Sony CEO Kazuo Hirai is Stepping Down. Investopedia.
Sony Corporate Info. Sony.
Sumber https://indoint.com/
0 comments:
Post a Comment