Rama, mahasiswa salah satu kampus di Bandung, mencari kacamatanya saat ia bangun pagi. Dengan langkah gontai, ia berjalan ke kamar mandi, mencuci muka, beribadah, kemudian kembali masuk ke kamarnya dan menyalakan komputer kesayangannya untuk main game. Tangannya sudah bergerak memainkan mouse dan mulutnya sudah bercuap-cuap mengatur strategi permainanan.
Tampak di layar komputer, permainan DOTA 2 yang jadi fokus perhatiannya. Matanya fokus menatap layar sambil sesekali menjawab pertanyaan dari saya soal kegiatannya sekarang. Saat jeda permainan, sesekali ia cek hape kesayangannya dengan mata merunduk, siapa tahu ada pesan penting menyapanya.
Kalau listrik padam, Rama main gim dengan khusyu menggunakan gadget alias gawai miliknya. Tipe gim yang dimainkan sama, hanya judulnya saja yang berbeda. Kacamata Rama tentu saja tidak lepas darinya, kacamata yang sudah ia pakai semenjak usia 9 tahun karena ia sering menonton televisi terlalu dekat.
Keponakan Rama, Etan, usianya 8 tahun tapi sudah mahir main Mobile Legends di gawai ukuran 5,5 inch pemberian orangtuanya. Ia sudah hapal taktik dan cara main gim ini, sampai nama kumpulan hero yang ada di Mobile Legends.
Matanya masih awas dan belum berkacamata. Hanya Etan harus waspada mengingat matanya tak pernah lepas dari layar hape. Saat sedang disuapi makan atau bahkan diajak berpergian ke mall, Etan sering tak lepas dari layar gawai kesayangannya.
Apa yang terjadi pada Rama dan Etan adalah potret generasi Z dan generasi alfa yang dibesarkan dalam perkembangan gadget yang mutakhir. Mereka adalah reprensentasi dari generasi yang lebih dekat dengan teknologi dan digital dibandingkan generasi milenial yang tumbuh saat masa transisi ke era digital.
Rama dan Etan hanyalah contoh kecil dari banyaknya remaja dan anak-anak yang ketergantungan dengan teknologi terutama internet. Jumlahnya tentu saja banyak, tidak hanya di perkotaan tetapi juga di kawasan kota berkembang.
Data yang dihimpun GDP Venture yang berdasar dari Google Temasec e-Conomy 2017 menyebutkan jika jumlah penetrasi penggunaan Internet paling besar didominasi usia 33 tahun ke bawah. Dan 90% di antaranya mengakses menggunakan smartphone.
Hal tersebut merepresentasikan apa yang terjadi dengan generasi Rama dan Etan. Mereka adalah generasi yang setiap hari memakai smartphone, tidak hanya untuk komunikasi dan main gim tetapi juga untuk bermedia sosial, chat, dan mencari informasi.
Waktu yang dihabiskan dalam memakai gadget ini juga tergolong lama. Berdasarkan sebuah penelitian, kebanyakan orang yang melek teknologi bisa menghabiskan waktu lebih dari 10 jam dalam menggunakan perangkat teknologi, termasuk gadget. Hal ini kemudian yang memicu adanya fenomena yang disebut ketergantungan pada gadget.
Bayangkan, jika di antaranya 90% pengguna smartphone di Indonesia, sepertiganya mengalami ketergantungan pada gadget? Itu berarti akan ada banyak pengguna smartphone di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan.
Salah satu yang jadi sebab banyak pengguna smartphone mengalami masalah kesehatan adalah karena paparan sinar biru dari layar smartphone. Bahayanya, bukan layar smarpthone saja yang punya paparan sinar biru. Layar komputer dan layar TV modern juga punya paparan warna biru.
Lantas, apa yang bisa disebabkan dari paparan layar biru ini? Jawabannya ada pada poin-poin berikut yang saya rangkum dari berbagai sumber.
Pengaruh Gadget Terhadap Kesehatan Kita
1. Mata Myopia (Rabun jauh)
Menggunakan gadget dalam posisi dekat dan jangka panjang bisa mengakibatkan mata minus (tidak bisa melihat jauh dengan jelas). Hal ini terjadi karena melemahnya daya akomodasi pada lensa mata sehingga cahaya yang masuk ke mata tidak persis pada retina sehingga pandangan menjadi kabur (tidak jelas)
2. Kerusakan pada Retina
Paparan langsung sinar biru pada berbagai peralatan modern, seperti layar smartphone, bisa menyebabkan retina mengalami kerusakan. Kerusakan retina ini akan berakibat pada kemampuan untuk melihat apa yang ada di hadapan kita, atau dalam hal ini penglihatan sentral. American Macular Degeneration Foundation menyebut hal ini sebagai degenerasi makula atau AMD.
3. Mengalami CVS
Terlalu lama menatap layar gadget ternyata bisa menyebabkan penglihatan yang buram. Hal ini diungkapkan oleh ahli kamacata Janelle Routhier OD yang berdomisili di Amerika Serikat. Dia menemukan fakta bahwa salah satu pasiennya mengalami apa yang disebut sebagai Computer Vision Syndrome (CVS) atau bahasa sederhananya sindrom mata yang kelelahan karena terlalu lama menatap layar komputer.
Orang yang mengalami CVS bisa mengalami beberapa gejala seperti mata yang terlalu lelah, kesulitan fokus, mata kering, penglihatan yang buram, dan sakit kepala. Hal ini disebabkan karena mata ternyata membutuhkan fokus yang berefek pada otot mata yang bekerja dengan keras untuk melakuakn fokus secara terus menerus.
Hal inilah yang mungkin terjadi pada Rama atau orang lain yang mengalami hal yang sama. Matanya yang selalu fokus pada layar secara dekat mengakibatkan gangguan penglihatan sehingga ia harus menggunakan kacamata dan pernah melakukan operasi lasik mata.
4. Pemicu Katarak
Tingkat penggunaan gadget yang tinggi telah meningkatkan angka kejadian pasien katarak meningkat. Menurut dr Ikhsan Revino, Sp.M dari klinik mata SMEC Jakarta, sekarang pasien katarak semakin muda < 50 tahun dulu 60 tahun dan semakin bertambah. Sinar biru dapat merusak sel-sel mata yang mengakibatkan tumbuhkan selaput putih (katarak) yang menutupi lensa mata.
5. Rusaknya Siklus Tidur yang Alami
Sinar biru pada layar smartphone juga berpengaruh pada mata dalam menjalani siklus tidur. Hal ini dipengaruhi karena adanya gangguan pada produksi melatonin. Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus tidur. Hormon ini akan diproduksi saat seseorang akan tidur.
Sinar biru pada layar akan menganggu siklus tidur alami ini akibat produksi melatonin berkurang. Efeknya, seseorang akan mengalami fase siklus tidur yang tak biasa yang nantinya bedampak pada gangguan kesehatan. Jangan salah lho, obesitas dan gangguan genetik bisa terjadi lantaran siklus tidur yang terganggu.
Solusi Mata Sehat
Ketergantungan pada gadget memang mengerikan tapi bukan berarti karena hal ini orang-orang harus menghindari teknologi dan gadget. Orang-orang tentu harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Menghindari bukanlah solusi.
Muncul pertanyaan bagaimana agar bahaya dari ketergantungan gadget tidak terjadi? Tentu saja selalu ada solusi dari setiap permasalahan, termasuk untuk menghindari bahaya karena penggunaan gadget yang berlebihan. Solusi tersebut bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1. Menggunakan Pola 20-20-20
Salah satu cara mengatasi efek buruk dari gadget adalah dengan menggunakan pola 20-20-20. Pola ini ada hubungannya dengan penggunaan mata kita saat melihat layar gadget.
Pola 20-20-20 ini digunakan saat sedang menatap layar komputer atau gadget. Setiap 20 menit, hindari mata menatap layar. Istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat ke arah kejauhan sejauh 20 kaki atau 6 meter. Lakukan Pola Ini untuk kesehatan mata.
2. Makan Makanan Bergizi
Sudah disebutkan sebelumnya jika kecanduan pada gadget bisa berpotensi obesitas alias kelebihan berat badan. Untuk itu, selalu makan makanan bergizi. Jika berolahraga dan makan makanan bergizi, hasilnya adalah berat badan yang sehat dan ideal.
3. Luangkan Berolahraga
Waktu untuk main gadget yang dikurangi bisa dialihkan waktunya untuk kegiatan menggerakan badan, yakni olahraga. Daripada duduk main hape seharian atau duduk menatap layar komputer terus menerus, luangkan waktu untuk berolahraga. Selain bisa mengistirahatkan mata, badan juga bisa lebih sehat karena sesungguhnya badan yang rusak itu adalah badan yang tak pernah digerakan.
4. Minum Vitamin untuk Kesehatan Mata
Untuk mata tetap sehat walaupun sering gadgetan, minum Eyevit: Vitamin Mata Era Digital. Formula Eyevit telah teruji klinis mampu melindungi mata dari bahaya sinar biru gadget. Minum Eyevit dapat mencegah dan mengurangi mata minus, mengatasi mata lelah, mencegah katarak dan meningkatkan ketajaman penglihatan. Eyevit tersedia dalam varian Eyevit Tablet untuk dewasa dan Eyevit Sirup untuk anak-anak.
0 comments:
Post a Comment