Home » » Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda

Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda

Posted by Flash Droid Pedia on Tuesday, October 2, 2018


oleh Fauzia Nur Noviyanti – Nakama Tokopedia





Singkat cerita, pada Maret 2017 saya berencana ke Thailand, namun karena dua tiga dan lain hal, perjalanan tersebut batal. Sehingga tiket pesawat pulang-pergi Jakarta-Bangkok senilai Rp 1,6 juta saya raib sudah. Namun ada baiknya juga sih, karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan saya lalui Maret lalu. So, let’s see what happens in Thailand!





Saya ke Thailand bersama 4 orang teman untuk mejelajahi 2 kota besar di Thailand, yaitu Bangkok dan Chiang Mai. Bangkok merupakan ibukota dari Thailand yang menurut saya tidak banyak berbeda dari Jakarta, mulai dari kesibukannya, kepadatannya, hiruk pikuknya, bangunannya, sampai udaranya (meski di Bangkok sebenarnya terasa lebih panas). Yang berbeda disini adalah terdapat banyak kuil alias temple megah yang berdiri di tengah kota Bangkok.





Selama di Bangkok, kami lebih memilih untuk menggunakan transportasi bus umum, perahu, dan Bangkok Mass Transit System (BTS) karena harganya yang murah (rata-rata di bawah 10 TBH atau Rp 4 ribuan, kecuali untuk BTS ya, karena harganya lebih mahal dari itu). Kami pun tidak khawatir kelaparan saat malam hari karena banyak pasar-pasar yang masih ramai di Bangkok (maklum, sampai Bangkok malam hari).  





Baca juga: Tips Traveling yang Harus Diperhatikan agar Liburan Maksimal





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Perjalanan Menuju Chiang Mai





Hari pertama kami tiba di Thailand, banyak kami habiskan dengan menjelajahi kota Bangkok, mulai dari menaiki perahu di Chao Phraya River, hingga menjelajahi kuil-kuil terkenal seperti Wat Pho dan Wat Arun. Menjelang Matahari terbenam kami langsung menuju terminal bus untuk menuju Chiang Mai dengan menggunakan bus umum.





Bus antar kota di Thailand dibagi menjadi beberapa kelas yang dapat dilihat dari fasilitasnya. Ada bus kelas 2, kelas 1, dan VIP. Kami memilih bus kelas 2 dan ternyata bus antar kota di Chiang Mai adalah bus double decker (bus tingkat)!





Wow, happy banget karena ini pertama kalinya merasakan bus double decker antar kota, di mana perjalanan dari Bangkok ke Chiang Mai memakan waktu sekitar 11-12 jam dan kami mendapatkan bangku di tingkat atas. Bus kelas 2 memiliki AC, kamar mandi, pijat yang terdapat di setiap kursi, selimut, roti dan air putih. Harga bus kelas 2 ini kurang lebih 450-500 TBH.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda




Chiang Mai di Pagi Hari





Udara dingin menyambut kedatangan kami saat tiba di Chiang Mai pada pagi hari. Beberapa orang menghampiri kami dan menawarkan kendaraan untuk mengantar kami ke tempat tujuan. Kami pun menanggapi salah satu bapak-bapak yang menyapa kami.





Untungnya beliau sedikit mengerti bahasa Inggris. Bapak tersebut menawarkan untuk mengantar kami ke hostel tempat kami menginap, yaitu di The Dorm Chiang Mai (Old City) menggunakan Songthew (sejenis angkutan umum berwarna merah yang ada di Chiang Mai).





Melihat tidak ada pilihan lain, kami pun menawar harga yang sebelumnya di ‘tembak’ oleh bapak tersebut dan akhirnya kami mufakat. Sesampainya di hostel, bapak tersebut juga menawarkan untuk mengantarkan kami ke tempat-tempat wisata yang ingin kami kunjungi di Chiang Mai.





Dengan banyak pertimbangan dan review yang kami baca sebelumnya, kami memutuskan untuk menerima tawaran bapak tersebut dan terjadilah tawar menawar harga dan tempat, yaitu 1500 TBH untuk 5 orang dan mengunjungi 3 tempat dalam sehari di Chiang Mai.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Doi Pui Hmong Village





Destinasi pertama yang kami datangi adalah Doi Pui Hmong Village. Desa ini memiliki latar belakang pemandangan indah dan udara pegunungan yang segar. Untuk mencapai Doi Pui Hmong Village, kami berjalan melalui tangga yang kanan kirinya menjual berbagai macam kerajinan dan barang-barang khas Thailand yang unik dan lucu. Tiket masuk ke tempat ini adalah 10 TBH.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Doi Pui juga memiliki kafe dan kita bisa mencapainya jika kita naik tangga ke dataran yang lebih tinggi, namanya Hmong Doi Pui Family Coffee. Kami memesan berbagai macam minuman dari milkshake strawberry hingga kopi. Seger banget!





Bhubing Palace





Kami juga mengunjungi Bhubing Palace, yaitu kediaman musim dingin bagi keluarga Kerajaan Thailand. Tiket masuknya adalah 50 TBH. Di sini kami berkeliling lingkungan keluarga Kerajaan namun kami tidak diperbolehkan masuk ke rumah dan banyak penjaga yang berjaga di sekitar.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Walaupun lingkungan kediaman ini luas, kalian tidak perlu khawatir akan tersesat karena banyak papan penunjuk jalan dan saat masuk akan diberikan peta serta informasi mengenai Bhubing Palace. Bhubing Palace juga memiliki kebun bunga, penampungan air, hingga bambu raksasa.





Wat Phrathat Doi Suthep





Kata orang, belum ke Chiang Mai bila tidak berkunjung ke temple paling suci di Chiang Mai, Wat Phrathat Doi Suthep. Temple ini dapat dicapai setelah menaiki sekitar 300 anak tangga. Namun tidak perlu khawatir, karena Doi Suthep juga memiliki lift jika tidak kuat naik tangga.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Sesampainya diatas, kami berkeliling temple dan kami memasuki pagoda yang semuanya berwarna emas! Beda banget deh sama temple-temple yang sudah pernah kita datangi karena disini terasa lebih sakral. Pemandangan indah kota Chiang Mai juga dapat dilihat dari Doi Suthep lho!





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Makan di Chiang Mai nggak perlu cemas karena di Old City ada pasar yang menjual berbagai macam makanan jika sudah sore! Tidak hanya itu, kami juga sempat masuk ke temple saat malam hari yang padahal seharusnya temple tersebut sudah tutup namun teman kami berhasil membujuk penjaganya untuk dapat masuk.





Baca Juga: Destinasi Wisata Terbaik di Bangkok yang Wajib kamu Kunjungi





Hari Kedua di Kota Chiang Mai





Hari ini adalah salah satu hari yang paling saya tunggu-tunggu selama di Chiang Mai karena hari ini kami akan mengunjungi desa Long Neck Karen. Masih menggunakan jasa bapak Songthew yang kemarin, kami kembali tawar menawar harga untuk destinasi pada hari kedua di Chiang Mai. Akhirnya kami mendapatkan harga 500 TBH untuk 5 orang dan mengunjungi 2 tempat, yaitu desa Long Neck Karen dan Mae Sa Elephant Camp.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Long Neck Karen Village





Tiket masuk ke Long Neck Karen Village terbilang cukup mahal, yaitu 500TBH. Pertama kali berjalan masuk, sempet mikir “Yah gini doang nih?” Tapi semakin masuk ke dalam dan melihat langsung penghuni desa tersebut serta barang jajakannya…. hmm terpesona deh!





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Para perempuan di desa Long Neck Karen disebut sebagai “giraffe woman”. Bagaimana tidak, para perempuan tersebut memiliki leher panjang karena mengalungi cincin besar di leher mereka dan tidak boleh dilepas apapun aktivitas yang dilakukan mulai dari makan hingga tidur.





Mereka telah menggunakan cincin di leher mereka sejak umur 2 tahun dan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya usia mereka. saya salut banget dengan perempuan-perempuan di desa tersebut yang masih mempertahankan tradisi mereka walau cincin yang mereka gunakan sangat berat.  They said, “The longer their neck, the more beautiful the woman.”





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Selain di leher, cincin juga dapat digunakan di bawah lutut, pergelangan kaki, bahkan sebagai anting. Sedangkan laki-laki di desa ini, mereka menggunakan sesuatu seperti benang kasur berwarna kuning di leher mereka. Namun, kurang paham juga untuk laki-laki dewasanya ya karena yang saya lihat hanya anak laki-lakinya saja.





Jangan ragu juga untuk mengajak ngobrol  warga di desa ini karena mereka sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan kita, selama mereka masih mengerti dan bisa mengutarakannya dalam bahasa Inggris.





Kami juga berfoto dengan beberapa perempuan dan anak kecil di desa ini namun jangan lupa untuk membeli barang-barang yang mereka jual terlebih dahulu ya! Bagus-bagus kok dan masih bisa ditawar asal tidak menawar terlalu sadis karena mereka juga hidup dari barang yang mereka jual, walaupun tiket masuk desa tersebut juga dialokasikan untuk warganya.





Mae Sa Elephant Champ





Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke Mae Sa Elephant Camp. Sebenarnya yang ingin kami tuju adalah Elephant Jungle Sanctuary, namun karena kesalahan komunikasi, driver membawa kami ke Mae Sa Elephant Camp yang memang lokasinya tidak jauh dari Long Neck Karen Village.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Tiket masuk ke tempat ini adalah 250 TBH. Banyak hal yang dapat dilakukan disini, seperti melihat dan memberi makan gajah (bisa membeli pisang dan sejenis bambu untuk makanan gajah di dalam Mae Sa), melihat atraksi gajah, menaiki gajah, hingga memandikan gajah.





Namun, saat di Mae Sa yang kami lakukan hanya memandangi gajah dan melihat atraksi mereka, mulai dari bermain bola, hingga melukis namun kami tidak sempat memandikan gajah karena memandikan gajah baru dimulai jam setengah 4 sore sedangkan kita harus kembali ke hotel untuk menuju Bangkok.





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda
Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi penulis




Setelah merasa cukup di Mae Sa Elephant Camp, kami kembali ke Old City dan mencari makan. saya juga sempat mampir di Chiang Mai Saturday Market karena kebetulan hari itu adalah hari Sabtu namun hanya sebentar karena dikejar waktu untuk menuju terminal bus.





Kami menggunakan bus double decker kembali untuk perjalanan ke Bangkok. Kali ini kami memilih bus VIP karena harga yang tidak jauh beda setelah ditawar (di sini bisa ditawar!). Bus VIP hampir sama dengan bus kelas 2, namun makanan yang didapat lebih banyak dan ada TV kecil di setiap kursi (tapi semuanya berbahasa Thailand), serta luas kursi yang lebih lega sehingga kursi dapat ditiduri.





Bus ini juga mendapatkan makanan di restaurant tempat bus berhenti saat istirahat. Waktu yang ditempuh juga lebih cepat satu jam.





Baca juga: 10 Surga Wisata Belanja Murah di Bangkok-Thailand





Dua hari terakhir kami di Bangkok diakhiri dengan wisata belanja dengan mengunjungi berbagai spot shopping yang cukup menarik dan murah meriah. Mulai dari Chatuchak Weekend Market untuk berburu oleh-oleh khas Thailand, seperti baju, celana, tas, buku, pajangan, aksesoris yang semuanya identik dengan ciri khas Thailand, yaitu gambar gajah dan motif tribal, Asiatique Riverfont yang memiliki suasana mirip dengan Paris Van Java, hingga Pratunam Market dan Platinum salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bangkok.





Pratunam Market adalah destinasi terakhir kami saat berada di Thailand dan kini waktunya kami kembali ke kehidupan nyata. Selamat tinggal Thailand, see you when I see you!





 karena saya merasa perjalanan kali ini lebih menyenangkan daripada perjalanan yang akan s Petualangan di Chiang Mai: Sebuah Perjalanan yang Tertunda


Sumber https://dennypedia.com/


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}