Home » » Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas

Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas

Posted by Flash Droid Pedia on Friday, August 17, 2018

 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via success story

Saat masih anak-anak, saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung. Pandangan saya sering berbeda dengan yang lain, dan saya juga tidak begitu suka mengikuti peraturan.


Pada sebuah wawancara di tahun 2002, Stan Shih, pendiri dan sosok utama di balik Acer Inc blak-blakan mengenai sejarah hidupnya. Sebelum mendirikan Acer yang mendunia, Stan Shih pernah melakukan banyak hal untuk bertahan hidup. Dia pernah menjual telur bebek dan alat-alat tulis sebelum akhirnya dikenal sebagai pemilik salah satu perusahaan teknologi terbesar di Taiwan (dan dunia). Keuletan dan berani berpikir berbeda sepertinya merupakan hal yang melandasi kesuksesannya.


 


Masa kecil Pendiri Acer


 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via success story

Stan Shih lahir pada tanggal 8 Desember 1944 di Taiwan. Baru berumur 4 tahun, dia sudah kehilangan ayahnya. Sebagai anak laki-laki, sejak usia yang sangat dini, dia sudah memikul tanggung jawab membantu ibunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan berjualan telur bebek. Meski hidup susah, sang Ibu sadar akan pentingnya pendidikan dan mendorong anaknya untuk terus melanjutkan sekolah hingga akhirnya Stan Shih mendapatkan gelar Sarjana dan dilanjutkan gelar Master dari National Chiao Tung University.


Bagaimana dia mencapai semua prestasi itu? Tentu saja dengan mengerahkan segala daya upayanya untuk belajar dan berprestasi. Sadar bahwa hanya pendidikan yang dapat mengubah nasibnya, Stan Shih mementingkan belajar di atas segalanya. Fokus utamanya adalah mengejar segala fasilitas dan bea siswa yang ditawarkan kepada anak-anak berprestasi di sekolahnya. Ini terus berlanjut hingga masa kuliah, sehingga setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana-pun, universitasnya menawarkan untuk melanjutkan pendidikan dan meraih gelar masternya.


Stan Shih mengenang saat-saat dia bersekolah, berjualan bebek dan alat tulis untuk membantu ibunya mendapatkan biaya hidup. ”Unik sekali bahwa sebenarnya berjualan telur bebek keuntungannya jauh lebih tinggi dibandingkan berjualan alat tulis. Tapi saya belajar satu hal dari berjualan alat tulis. Yaitu cara mengelola modal dengan baik dan meningkatkan pertumbuhan dengan memutar modal.”


 


Salah satu perusahaan teknologi tertua Taiwan


 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via Success Story

Saat mendirikan ‘Multitech International’ pada tahun 1976, Stan Shih Chen Jung mengumpulkan modal dari teman-temannya karena yakin bahwa game elektronik genggam (di Indonesia populer dengan game watch atau gimbot) merupakan bidang yang akan sukses. Ramalannya ini tepat! Multitech International mendapatkan pemasukan yang cukup bagus dari distribusi dan pengembangan game yang populer di kalangan anak-anak 80-an ini. Pada saat itu, tidak banyak perusahaan di Taiwan yang terjun ke bidang teknologi karena prospeknya yang masih asing. Stan Shih sukses melihat celah yang bakal menguntungkan di bidang ini ke depannya.


Pada tahun 1981, perusahaan ini berganti nama menjjadi ‘Acer Inc’. Bidang usahanya merambah ke semikonduktor yang diimpor dengan biaya murah ke negara-negara berkembang. Acer kemudian memproduksi microprocessor yang kemudian menjadi spesialisasi perusahaan ini.


Sukses dengan microprocessor, Acer kemudian mulai melakukan manufaktur PC, sebuah bidang yang populer pada tahun 80-an karena kesuksesan Apple dan Microsoft. Pada saat itu, belum ada perusahaan teknologi di Taiwan yang berani melakukan hal tersebut selain Acer. Namun langkah berani ini terbayar lunas!


Ketika ditanya, kenapa Stan Shih tidak memilih untuk menjalankan perusahaan dengan bidang yang lebih populer di Taiwan, dia menjawab santai, ”Bagi saya, lebih baik menjadi kepala ayam daripada ekor sapi (yang lebih besar)”


Pada tahun 1988, Acer mendapatkan profit sebesar USD 25 juta. Jumlah yang menakjubkan untuk sebuah perusahaan teknologi asal Asia.


Sayangnya, pada tahun 1990, meskipun pendapatan Acer telah mendekati USD 1 miliar, akan tetapi dari segi profit hanya mendapatkan USD 4 juta. Ini merupakan penurunan yang drastis. Penyebabnya ditengarai adalah karena jatuhnya harga hardware komputer di seluruh dunia dan menguatnya dolar Taiwan. Acer berhasil bertahan dan memukul balik dengan berinvestasi pada teknologi baru dan mengakuisisi beberapa perusahaan yang bermanfaat.


Acer dengan cepat juga menerapkan berbagai macam strategi untuk meningkatkan margin profit mereka dan menjaga pendapatan dari bidang penjualan terus tumbuh. Perusahaan terkemuka Taiwan ini melakukan hal tersebut dengan cara mengirimkan berbagai komponen ke 32 lokasi di seluruh dunia untuk melakukan perakitan. Keyboard, casing, dikirimkan ke berbagai negara dalam jumlah besar menggunakan kapal.


Motherboard secara konstan diperbarui sehingga dapat terus menerus memenuhi permintaan pasar. Strategi tersebut sangat membantu mengurangi biaya produksi dan menjaga kualitas produk setinggi mungkin. Pada tahun 1995, Acer terbukti dapat merebut gelar sebagai merek dengan penjualan komputer tertinggi di banyak negara seperti Filipina, Thailand, Cile, Meksiko, Uruguay, dan Taiwan sendiri. Ini sudah diprediksikan banyak pihak karena pada tahun 1994 saja, Acer meraih prestasi dengan mencapai pendapatan sebesar USD 3,2 miliar dengan profit sebesar USD 210 juta! Jumlah tersebut sudah melampaui manufaktur seperti Dell, Toshiba, dan Hewlett-Packard untuk menjadi perusahaan dengan nilai terbesar kesembilan di dunia.


 


Inovasi Pasca Milenium


 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via successs story

Pada pergantian milenium, Acer menerapkan sebuah strategi unik, yaitu memisahkan produk-produk spesifik mereka menjadi perusahaan baru yang tetap berada di bawah kendali Acer Inc. Misalnya, unit produksi OEM/ODM dijalankan dengan bendera Wistron pada tahun 2000. Unit komunikasi dan multimedia, dijalankan dengan bendera BenQ sejak tahun 2001. Produk elektronik optik (mencakup monitor dan berbagai alat penampil), dijadikan AU Optronics pada tahun 2001. Nama-nama ini cukup familiar di banyak penggemar komputer dan elektronik, terutama karena kualitas yang ditawarkan disandingkan dengan harga yang cukup menggiurkan. Acer juga meningkatkan dana untuk departemen R&D miliknya agar mereka dapat menawarkan inovasi baru terhadap konsumen. Ini pun berfokus pada konsumen, bukan demi ‘mengejar teknologi baru dan canggih’ seperti umumnya perusahaan teknologi. Hal ini dijelaskan oleh JT Wang, chairman Acer:


Kami melakukan pendekatan strategis terhadap penggunaan inovasi kami. Kami tidak akan berinovasi untuk inovasi itu sendiri, tapi kami berinovasi terhadap produk yang kemungkinan akan sukses secara komersial


Wang menjelaskan lebih lanjut bahwa ini berarti Acer akan menunggu hingga sebuah produk di pasar berada pada titik jenuh sebelum perusahaan masuk ke pasar. Dengan demikian, Acer dapat menerapkan inovasi unik mereknya untuk menawarkan produk yang bernilai sama, namun dengan harga lebih murah. Contoh nyata kebijakan ini adalah seperti saat PC 2-in-1 mulai tren sejak rilis Surface. Acer tidak buru-buru masuk ke pasar, namun ketika masuk, maka mereka menawarkan solusi serupa dengan harga lebih murah. Tentu saja ini menjadikan produk Acer kemudian memiliki penggemar dan pengguna tersendiri, yang mengharapkan dapat memperoleh perangkat dengan kemampuan baik, namun harga terjangkau.


 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via success story

Pada tahun 2007, Acer semakin pede dengan kemampuannya. Raksasa Taiwan ini mengakuisisi dua pesaingnya: Packard Bell dan Gateway dan memastikan namanya bertengger sebagai perusahaan penjual PC terbesar di dunia!


Dalam perjalanannya, tentu saja bisnis Acer mengalami pasang surut. Meskipun demikian tetap saja pada tahun 2012, Acer mencatatkan diri sebagai penjual PC terbanyak nomor empat di dunia.


 saya adalah seorang introvert dan tidak suka berada dalam sorotan lampu di panggung Kisah Silicon Valley #67 – Acer, Tertua dan Tetap di Deret Teratas
via success story

Saat ini Acer melakukan diversifikasi layanan produknya, mencakup desktop, laptop, server, perangkat penyimpanan, periferal, dan juga smartphone dan tablet. Ciri khas Acer hingga saat ini adalah: menetapkan harga yang cukup rendah, namun dengan kualitas yang bagus!


Bagaimana mencapai performa konstan dalam jangka waktu sepanjang itu di dunia teknologi yang terus berubah ini? Mungkin hal ini dapat disimak dari apa yang pernah diucapkan oleh Stan Shih, pendiri Acer:


Anda harus selalu melihat ke depan, selalu positif. Ini pilihan Anda, takdir Anda. Anda harus menikmati hidup, tapi tetap memiliki tanggung jawab sosial secara pribadi terhadap masyarakat di sekitar Anda.


 


Referensi


Stan Shih Success Story.


Acer Success Story.


Kurtzman, Joel. (1996). The Fast-Food Computer Company: An Interview with Stan Shih. Strategy-business.



Sumber https://indoint.com/


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}